cover
Contact Name
Lalan Ramlan
Contact Email
lalan_ramlan@isbi.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
penerbitan@isbi.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Seni Makalangan
ISSN : 23555033     EISSN : 27148920     DOI : -
Core Subject : Art,
Arjuna Subject : -
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 9, No 2 (2022): "Dimensi Kreativitas Ketubuhan Penari Sunda"" : 9 Documents clear
PENYAJIAN TARI RATU GRAENI SEBAGAI PERWUJUDAN BENTUK GARAP GUBAHAN TARI Lia Lestari; Riyana Rosilawati
Jurnal Seni Makalangan Vol 9, No 2 (2022): "Dimensi Kreativitas Ketubuhan Penari Sunda"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v9i2.2381

Abstract

Tari Ratu Graeni merupakan salah satu repertoar tari yang termasuk ke dalam rumpun tari Kreasi Baru karya R. Tjetje Somantri pada tahun 1949, menceritakan seorang ratu dari Kerajaan Medang Kamulan yang sedang berlatih perang untuk melawan musuhnya yaitu Prabu Gandawikalpa. Tarian ini berjenis tunggal dan berkarakter lanyap, disajikan dalam kemasan penyajian yang baru tanpa menghilangkan identitas sumbernya dengan menggunakan pendekatan metode gubahan tari yaitu merekomposisi, memadatkan, dan mengembangkan. Adapun tahapan yang dilakukan dalam proses gubahan tarian ini menggunakan tiga tahapan meliputi; eksplorasi, evaluasi, dan komposisi. Tujuan dari penyajian tari Ratu Graeni adalah mewujudkan interpretasi yang menghasilkan bentuk penyajian baru, sehingga menghasilkan nilai tambah yang lebih menarik dalam penyjiannya dan memberi kesan berbeda. Sentuhan kreativitas tersebut, dilakukan dengan cara memberikan ornamen baru, baik dari koreografi yang lebih bervariasi juga melakukan pemadatan, pengembangan, penataan ulang baik struktur, bentuk gerak, ragam gerak, serta menyelaraskannya dengan iringan dan aspek penunjang tari lainnya. Kata Kunci: Tari Ratu Graeni, R. Tjetje Somantri, Kreativitas. ABSTRACT PRESENTATION OF RATU GRAENI DANCE AS THE EMBODIMENT OF THE FORM OF DANCE COMPOSITION, December 2022. Ratu Graeni dance is one of the dance repertoires belonging to the New Creation dance family by R. Tjetje Somantri in 1949, which tells of a queen from the Medang Kamulan Kingdom who is practicing war against her enemy, namely King Gandawikalpa. This dance is of a single type and has a different character, presented in a new presentation packaging without losing the identity of the source by using a dance composition method approach, namely recomposing, condensing, and developing. The touch of creativity is carried out by providing new ornaments, both from a more varied choreography as well as condensing, developing, rearranging both the structure, the forms of movement, the variety of movements, and aligning them with accompaniment and other dance supporting aspects. Keywords: Ratu Graeni Dance, R. Tjetje Somantri, Creativity.
SRIMPI KUTAMAYA SEBUAH KARYA TARI EKSPRESI ESTETIS Ai Mulyani; Caca Sopandi
Jurnal Seni Makalangan Vol 9, No 2 (2022): "Dimensi Kreativitas Ketubuhan Penari Sunda"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v9i2.2388

Abstract

Tari Serimpi Kutamaya adalah sebuah judul karya repertoar tari putri, berkarakter lungguh (halus), ditarikan secara kelompok, dan memiliki gaya dan ciri khas Sumedang (kasumedangan). Tarian ini diciptakan untuk mengisi kekosongan pada tarian tradisi jenis putri khas kasumedangan yang tidak ditemukan di Kota Sumedang. Repertoar tari ini merupakan sebuah tarian yang fungsi khususnya yaitu untuk menyambut para tamu, namun tidak menutup kemungkinan dalam penampilannya juga dapat ditarikan atau ditampilkan sebagai tarian lepas artinya dapat pula ditampilkan secara mandiri dalam sebuah pertunjukkan estetis. Proses penciptaanya menggunakan teori estetika instrumental, yaitu meliputi; wujud (rupa), bobot (isi), dan penampilan (penyajian). Adapun dalam proses penciptaanya didasarkan pada pendekatan Pastiche yaitu karya seni yang disusun dari elemen-elemen seni yang dipinjam dari berbagai sumber masa lalu, termasuk sumber tradisi kasumedangan agar tetap lekat dengan ciri dan identitas Kota Sumedang. Kata Kunci: Serimpi Kutamaya, Tradisi, Estetis, Sumedang. ABSTRACT: Srimpi Kutamaya, An Aesthetic Expression Dance. December 2022. Serimpi Kutamaya dance is a female dance repertoire, which has a lithe (smooth) character, is danced in groups, and has the style and characteristics of Sumedang (kasumedangan). This dance was created to fill in the gaps in the traditional dance of the typical casumedang princess type which is not found in Sumedang City. This dance repertoire is a dance whose special function is to welcome guests, but it does not rule out the possibility that in appearance it can also be danced or performed as a freelance dance, meaning that it can also be performed independently in an aesthetic performance. The creation process uses instrumental aesthetic theory, which includes; form (look), weight (content), and appearance (presentation). The process of its creation is based on the Pastiche approach, namely works of art composed of artistic elements borrowed from various sources from the past, including sources from the kasumedangan tradition so that they remain attached to the characteristics and identity of Sumedang City. Keywords: Serimpi Kutamaya, Tradition, aesthetics, Sumedang.
INDOENG KONSEP PENCIPTAAN KARYA TARI KONTEMPORER Chytra Harisbaya; Dindin Rasidin
Jurnal Seni Makalangan Vol 9, No 2 (2022): "Dimensi Kreativitas Ketubuhan Penari Sunda"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v9i2.2382

Abstract

Karya penciptaan tari dengan judul Indoeng merupakan aktualisasi empirik penulis, ketika kehilangan Ibu yang dicintai karena meninggal dunia, Indoeng berasal dari bahasa Sunda yang artinya Ibu. Konsep garap ini diwujudkan ke dalam bentuk tari kontemporer dengan sajian tunggal yang dibawakan oleh seorang penari perempuan. Karya tari ini bersifat tematik non-literer, karena di dalamnya menuangkan pengalaman pribadi yang berhubungan dengan rasa kasih sayang, kerinduan, dan kehilangan akan sosok Ibu sehingga bertipe dramatik dengan meng-gunakan struktur kerucut tunggal. Adapun teori yang digunakan adalah yang dikemukakan oleh Alma M. Hawkins yaitu “bahwa kreativitas menyangkut pemikiran imajinatif melalui proses merasakan, menghayati, mengkhayalkan, dan menemukan kebenaran”. Sejalan dengan teori tersebut, dalam penggarapannya menggunakan pendekatamn metode yang dikemukakan oleh F.X Widaryanto yaitu “eksplorasi, improvisasi, dan komposisi. Penciptaan karya tari ini bertujuan untuk menyampaikan atau memperkenalkan karya baru dengan kekuatan koreografi yang bersumber dari gerak tradisi dan gerak keseharian (gesture) yang distilisasi, serta dilengkapi dengan unsur musikal melalui nyanyian, monolog, dan setting artistik berupa bingkai foto. Kata Kunci: Indoeng, Empirik, Dramatik, Monolog. ABSTRACT INDOENG CONTEMPORARY DANCE CREATION CONCEPTS. December 2022. The creation of a dance with the title Indoeng is an empirical actualization of the author, when he lost his beloved mother because she died, Indoeng comes from the Sundanese language which means mother. The concept of working on this is embodied in the form of contemporary dance with a single performance performed by a female dancer. This dance work is non-literary thematic in nature, because in it it expresses personal experiences related to feelings of affection, longing, and loss of a mother figure so that it is of a dramatic type using a single cone structure. The theory used is that put forward by Alma M. Hawkins namely "that creativity involves imaginative thinking through the process of feeling, living, imagining, and finding the truth". In line with this theory, in its cultivation it uses the method approach proposed by F.X Widaryanto, namely "exploration, improvisation, and composition. The creation of this dance work aims to convey or introduce new works with the power of choreography originating from stylized traditional and everyday movements (gestures), and complemented by musical elements through singing, monologues, and artistic settings in the form of photo frames. Keywords: Indoeng, Empirical, Dramatic, Monologue.
FENOMENA PENARI CROSSGENDER DALAM GRUP REOG SARDULO NARESHWARI Farah Nurul Azizah
Jurnal Seni Makalangan Vol 9, No 2 (2022): "Dimensi Kreativitas Ketubuhan Penari Sunda"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v9i2.2389

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk mengeksplanasikan sebuah fenomena cross gender yang tidak asing dalam perkembangan dunia seni tari, yakni merupakan istilah silang peran atau karakter yang berseberangan atau berkebalikan dengan peran dan karakter sebenarnya. Fenomena cross gender ini muncul dalam kesenian Reog Ponorogo yang notabene para pelaku seninya adalah laki-laki, tetapi ada salah satu grup yang para pelaku seninya adalah perempuan semua yaitu Grup Reog Putri Sardulo Nareshwari. Cross gender dijadikan siasat yang menjadi daya tarik tersendiri, untuk bersaing dengan grup-grup reog lainnya. Pada penelitian ini, fenomena dilihat dari sudut pandang dan pengalaman para penari dalam menjalani peran sebagai penari cross gender, sehingga perspektifnya menggunakan cara pandang para penari memaknai cross gender itu sendiri. Profesionalitas mereka dan citra diri para penari, baik di atas panggung maupun di luar panggung menjadi titik focus pembahasan utama. Kata Kunci: Fenomena, Cross Gender, Reog, Sardulo Nareshwari. ABSTRACT: The Phenomena Of The Crossgender Dancers In The Reog Sardulo Narehswari Group. December 2022. This article aims to explain a cross-gender phenomenon that is not foreign to the development of the world of dance, which is a cross-term of roles or characters that are opposite or opposite to their actual roles and characters. This cross-gender phenomenon appears in the Reog Ponorogo art, where in fact the performers are male, but there is one group whose performers are all women, namely the Reog Putri Sardulo Nareshwari Group. Cross gender is used as a strategy that is the main attraction, to compete with other reog groups. In this study, the phenomenon is seen from the point of view and experience of the dancers in carrying out the role of cross-gender dancers, so that the perspective uses the perspective of the dancers to interpret cross-gender itself. Their professionalism and the dancers' self-image, both on stage and off stage, became the main focus of discussion. Kata Kunci: Fenomena, Cross Gender, Reog, Sardulo Nareshwari.
KARYA TARI “BIAS” SEBUAH KONSEP KARYA TARI KONTEMPORER Rendica Rendica; Risa Nuriawati
Jurnal Seni Makalangan Vol 9, No 2 (2022): "Dimensi Kreativitas Ketubuhan Penari Sunda"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v9i2.2383

Abstract

Berawal dari kenangan masa kecil pada saat berkunjung ke kebun binatang (Bandung Zoolgical) Bandung, sebuah tempat wisata di Kota Bandung, menimbulkan suatu perasaan untuk menjadikan hewan sebagai ide garap sebuah karya tari. Hewan yang menarik perhatian pada saat itu ialah burung merak, karena memiliki keindahan tersendiri. Berpijak dari keindahan burung merak tersebut, selanjutnya diwujudkan ke dalam sebuah penciptaan karya tari berjudul “BIAS”. Bias diambil dari bahasa Indonesia yang artinnya adalah pantulan caya terhadap suatu medium tertentu, karena pada saat burung merak melebarkan ekornya pantulan cahaya yang mengenai ekornya akan menampilkan visual yang indah. Berdasarkan latar belakang tersebut, proses penciptaan karya tari menggunakan metode garap dalam tiga tahapan yaitu: eksplorasi, komposisi, dan evaluasi. Karya tari ini berbentuk tari kelompok bertipe tari murni, di dalamnya tidak hanya mengambil pola gerak burung merak namun dipadukan dengan gerak tradisi dan keseharian yang telah dikembangkan baik secara ruang, tenaga, dan waktu hingga tercipta suatu karya tari yang berjudul BIAS. Kata Kunci: Hewan, Burung merak, Tari murni, Bias. ABSTRACT DANCE WORKS “BIAS” A CONTEMPORARY DANCE WORK. December 2022. Starting from childhood memories when visiting the Bandung Zoo (Bandung Zoological) Bandung, a tourist spot in the city of Bandung, gave rise to a feeling of making animals an idea to work on a dance piece. The animal that attracted attention at that time was the peacock, because it had its own beauty. Based on the beauty of the peacock, it is then embodied in the creation of a dance piece entitled "BIAS". Bias is taken from the Indonesian language, which means the reflection of light on a particular medium, because when a peacock spreads its tail, the reflection of light hitting its tail will display a beautiful visual. Based on this background, the process of creating dance works uses the working method in three stages, namely: exploration, composition, and evaluation. Karya tari ini berbentuk tari kelompok bertipe tari murni, di dalamnya tidak hanya mengambil pola gerak burung merak namun dipadukan dengan gerak tradisi dan keseharian yang telah dikembangkan baik secara ruang, tenaga, dan waktu hingga tercipta suatu karya tari yang berjudul BIAS. Keywords: Animals, Peacocks, Pure Dance, Bias.
PROSES KREATIF KARYA TARI RUWAT CAI Desya Noviansya Suherman
Jurnal Seni Makalangan Vol 9, No 2 (2022): "Dimensi Kreativitas Ketubuhan Penari Sunda"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v9i2.2391

Abstract

Karya tari Ruwat Cai adalah karya yang terinspirasi dari upacara tradisional ngaruwat cai yang disebut Mikul Lodong, di Desa Cikurutug. Mengingat pentingnya menjaga air yang masih bersifat “sakral”, sebagaimana disebutkan dalam naskah Amanah Galunggung (633) bahwa upacara ngaruwat cai merupakan media dalam menjaga keseimbangan alam dan manusia. Proses garapan karya tari ini memiliki konsep garapan koreografi lingkungan, sehingga dalam mewujudkannya digunakan tiga pendekatan teori yaitu; estetika lingkungan, rekonstruksi, dan transformasi. Penggarapan karya Ruwat Cai menggunakan tahapan-tahapan penciptaan yang ditawarkan oleh Hendro Martono, terdiri atas lima tahapan penciptaan, meliputi, ritus bimasuci, ritus meruang, ritus mencair, ritus tematik, dan ritus kontemplasi. Sejalan dengan teori tersebut, metode yang digunakan yaitu Participatory Action Reasearch (PAR) yang di dalamnya tidak memisahkan diri dari situasi masyarakat yang diteliti, melainkan melebur ke dalamnya dan bekerja bersama warga dalam melakukan eksperimen tersebut. Eksperimentasi ini menghasilkan suatu bentuk proses kreatif yang hadir dari kekuatan tradisi lokal, hal ini sejalan dengan tujuan dalam tulisan ini yaitu sebagai bentuk kepedulian terhadap tradisi yang mulai punah dan kesadaran untuk menjaga alam sekitar, sehingga nantinya dapat menjadi sebuah wacana pelestarian lingkungan, khususnya air. Kata Kunci: Ruwatan Mikul Lodong, Koreografi Lingkungan. ABSTRACT: The Creative Process Of Cai's Ruwat Dance. December 2022. The Ruwat Cai dance work is inspired by the traditional ngaruwat cai ceremony called Mikul Lodong, in Cikurutug Village. Given the importance of protecting water which is still "sacred", as stated in the Amanah Galunggung text (633) that the ngaruwat cai ceremony is a medium in maintaining the balance of nature and humans. The process of creating this dance work has the concept of working on environmental choreography, so that in realizing it, three theoretical approaches are used, namely; environmental aesthetics, reconstruction, and transformation. The cultivation of Ruwat Cai's work uses the stages of creation offered by Hendro Martono, consisting of five stages of creation, including the bimasuci rite, space rite, melting rite, thematic rite, and contemplation rite. In line with this theory, the method used is Participatory Action Research (PAR) in which it does not separate itself from the situation of the community being studied, but rather merges into it and works with residents in carrying out the experiment. This experimentation produces a form of creative process that comes from the strength of local traditions, this is in line with the objectives in this paper, namely as a form of concern for traditions that are starting to become extinct and awareness to protect the natural surroundings, so that later it can become a discourse on environmental preservation, especially water. Keywords: Mikul Lodong Ruwatan, Environmental Choreography.
IBING TAYUB KHAS KASUMEDANGAN SEBAGAI INSPIRASI GARAP TARI RINGKANG MENAK Asep Jatnika; Riky Oktriyadi
Jurnal Seni Makalangan Vol 9, No 2 (2022): "Dimensi Kreativitas Ketubuhan Penari Sunda"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v9i2.2384

Abstract

Ada dua bentuk Ibing Tayub yang terdapat di daerah Sumedang yaitu tayub menak dan tayub somah. Tayub menak penarinya merupakan para menak karena menari dalam peristiwa tayuban merupakan sebagai identitas sosial, salah satu syarat seorang bangsawan yaitu terampil ibing tayub. Sedangkan tayub somah pelakunya merupakan masyarakat biasa yang meniru kebiasaan menak, karena anggapan masyarakat bahwa bangsawan atau menak merupakan panutan. Peran ronggeng dalam tayub sangat signifikan karena merupakan roh dalam pertunjukan dan ronggeng merupakan magnet nya pertujukan tayuban. Penelitian karya seni untuk membuat alternatif karya tari inovatif yang beripijak pada ibing tayub khas kasumedangan, juga bertujuan melestarikan kembali ibing tayub dalam penafsiran lain, sehingga dapat hidup kembali di tengah masyarakat yang sedang mengalami proses transisi masuknya pengaruh modernisme. Metode yang diterapkan, menggunakan metode Participation Action Research (PAR). Metode tersebut memiliki kesi-nambungan, karena memuat siklus partisipasi, riset, dan aksi. Target luaran yang ingin dicapai menghadirkan kembali ibing tayub dalam bentuk kemasan baru secara tekstual dan kontekstual sehingga diharapkan dapat hidup di masyarakat. Kata Kunci: Ibing Tayub, Ronggeng, Kasumedangan. ABSTRACT IBING TAYUB SPECIAL KASUMEDANGAN AS AN INSPIRATION FOR WORKING ON THE MENAK RINGKANG DANCE. December 2022. Two forms Ibing Tayub that found in Sumedang, there are the tayub menak and tayub somah. The dancer of tayub menak is a nobleman because dance in tayuban is part of social identity since the condition of the nobleman is to be skilled in ibing tayub. While the dancer of tayub somah is the commoner that imitates the tradition of the nobleman, it is based on the belief that the nobleman is the role model. The appearance of ronggeng is very significant because it is the soul of the show and not only that ronggeng is also a magnet of the tayuban show. The study of this artwork is to make an alternative of innovative ibing work that stands on ibing tayub, also to maintain the ibing tayub in other perception, in purpose to regenerate it in the middle of society who go through the modern transition. The method used is the Participation Action Research (PAR). This method has a continuity because consists of the cycle of participation, research, and action. the output target to achieve is to reintroduce ibing tayub in other forms of textual or contextual until it can develop in the middle of society. Keywords: Ibing Tayub, Ronggeng, Kasumedangan.
SIRNANING NISKALARASA REPERTOAR TARI JAIPONGAN DENGAN PENDEKATAN TEKNIK PENYAJIAN PARASIRAMA Lalan Ramlan; Jaja Jaja
Jurnal Seni Makalangan Vol 9, No 2 (2022): "Dimensi Kreativitas Ketubuhan Penari Sunda"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v9i2.2386

Abstract

Sirnaning Niskalarasa merupakan karya repertoar tari Jaipongan yang memiliki makna yaitu idealisme, dilandasi oleh ketegasan niat, keteguhan hati, dan kebulataan tekad. Makna tersebut, terkait dengan keberadaan konstruksi tari meliputi; struktur koreorafi, struktur musik tari, dan desain busana tari yang menjadi pilihan dan ketetapan penulis dalam menciptakan setiap repertoar tari Jaipongan. Pada karya tari ini digunakan teknik ‘Parasirama’ meliputi; mungkus, maling, metot (ngabesot), ngantep, dan ngeusian. Oleh sebab itu, permasalahan difokuskan pada bagaimana mewujudkan konsep garap menjadi sebuah bentuk karya tari “Sirnaning Niskalarasa” yang berlandaskan pada penggunaan teknik “Parasirama”?. Untuk mewujudkannya digunakan pendekatan paradigma estetika instrumental yang menjelaskan, bahwa “Semua benda atau peristiswa kesenian mengandung tiga aspek yang mendasar, yaitu; wujud (bentuk; form) dan sususunan (struktur; structure); Bobot terkait dengan suasana (mood), gagasan (idea), dan pesan (message); Penampilan (Penyajian; Performent). Adapun hasil yang dicapai adalah teknik Parasirama dalam membangun bentuk, isi, dan penampilan karya repertoar tari Jaipongan “Sirnaning Niskalarasa” memiliki peranannya yaitu; membangun dinamika irama tari, suasana, pesan, menambah daya pesona baik melalui bentuk maupun isi. Kata Kunci: Sirnaning Niskalarasa, Jaipongan, Teknik Parasirama. ABSTRACT: Sirnaning Niskalarasa Jaipongan Dance Repertoar With The Parasirama Presentation Technical Approach. December 2022. Sirnaning Niskalarasa is a work of the Jaipongan dance repertoire which has the meaning of idealism, based on firmness of intention and determination. These meanings, related to the existence of dance constructions include; the choreograph structure, dance music structure, and dance dress design are the author's choice and determination in creating each Jaipongan dance repertoire. In this dance work the 'Parasirama' technique is used including; mungkus, maling, metot (ngabesot), ngantep, and ngeusian. Therefore, the problem is focused on how to realize the concept of working into a form of dance work "Sirnaning Niskalarasa" which is based on the use of the "Parasirama" technique?. To achieve this, an instrumental aesthetic paradigm approach is used which explains that “All artistic objects or events contain three basic aspects, namely; form (form) and composition (structure); Weight is related to mood, idea, and message; Appearance (Presentation; Performent). The results achieved are the Parasirama technique in building the form, content, and appearance of the Jaipongan dance repertoire "Sirnaning Niskalarasa" which has a role, namely; building the dynamics of dance rhythms, atmosphere, messages, adding charm to both form and content. Keywords: Sirnaning Niskalarasa, jaipongan, parasirama technique.
GUMREGAH KONSEP GARAP KARYA TARI KONTEMPORER Subayono Subayono; Maylan Sofian
Jurnal Seni Makalangan Vol 9, No 2 (2022): "Dimensi Kreativitas Ketubuhan Penari Sunda"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v9i2.2387

Abstract

Gumregah sebagai sebuah judul karya tari, bertujuan untuk menggali lebih dalam tentang persoalan fenomena kehidupan di masyarakat yaitu pasca pandemic Covid 19. Kata Gumregah diambil dari kamus Bau Sastra Jawa Karangan Poerwadarminta 1939 yang mempunyai arti Bangkit (diambil dari kata dasar gregah). Pasca pandemi atau dapat dikatakan masa endemi merupakan situasi yang perlu diadabtasi oleh semua elemen masyarakat, termasuk mahasiswa ISBI Bandung. Persoalan ini sangat menarik untuk diagali lebih dalam melaui karya seni, yang memfokuskan pada kebangkitan proses belajar mengajar yang dihadapi oleh mahasiswa ISBI Bandung. Semangat untuk berolah rasa, olah piker, dan olah kreatifitas inilah dieksplorasi dan diungkit dalam sebuah karya, sehingga diharapkan menjadi suatu karya yang unik dan menarik. Covid 19 tidak mungkin hilang seratus persen, sehingga bagaimana kita dapat mensikapi dan berjalan seiring berdampingan tanpa kena efeknya. Dengan demikian, maka karya Gumregah akan digarap dalam bentuk tari kelompok dengan tipe dramatik, dengan pendekatan tradisi inovatif, memadukan komposisi koreografi yang sudah dirancang sedemikian rupa dengan tenik-tehnik digital. Selain hal tersebut, karya ini tidak hanya dipentaskan di panggung proscenium tetapi dikombinasikan dengan alam terbuka dengan landscape Pendopo. Kata Kunci: Gumregah, Eksplorasi, Dance Film. ABSTRACT: Gumregah The Concept Of Contemporary Dance Works. December 2022. Gumregah as the title of a dance work, aims to dig deeper into the problems of the phenomenon of life in society, namely after the Covid 19 pandemic. The word Gumregah is taken from the 1939 Dictionary of Javanese Literature by Poerwadar Minta which means to rise (taken from the root word gregah). After the pandemic or it can be said that the endemic period is a situation that needs to be adapted by all elements of society, including ISBI Bandung students. This issue is very interesting to explore more deeply through works of art, which focus on the revival of the teaching and learning process faced by ISBI Bandung students. This passion to exercise taste, exercise thought, and exercise creativity is explored and leveraged in a work, so that it is expected to be a unique and interesting work. Covid 19 cannot be lost one hundred percent, so how can we respond and walk side by side without being affected. Thus, Gumregah's work will be worked on in the form of group dances with a dramatic type, with an innovative traditional approach, combining choreographic compositions that have been designed in such a way with digital techniques. Apart from that, this work is not only performed on the proscenium stage but is combined with the outdoors with the landscape of the Pendopo. Keywords: Gumregah, Exploration, Film Dance.

Page 1 of 1 | Total Record : 9